KISAH PANGGILANKU
Bag. II
Setelah Aku menolak masuk seminari
‘Andai saja aku dulu mengikuti program beasiswa untuk kuliah atau berangkat ke seminari, nasibku takkan seperti ini’, pikirku waktu itu.
Namun aku tidak mau menyerah sampai di situ saja. Aku memiliki cita cita untuk menjadi orang yang berhasil. Banyak yang aku lakukan saat itu. Cita cita dan rasa optimisku benar benar luarbiasa. Namun semua itu sepertinya percuma belaka karena di tempatku sepertinya tidak ada sarana untuk mencapai cita citaku.
Kau pengen tahu apa cita citaku. Banyak sekali cita-citaku. Aku selalu tertarik pada banyak hal dan aku menginginkan itu semua. Aku ingin menjadi pemenang.Contohnya yaitu aku pengen jadi musisi (berlatih keras dengan cara apapun juga),aku pengen jadi penemu (sudah banyak percobaan kelas amatiran yang telah aku lakukan) dll. Sungguh mengenaskan.
Aku seperti kehabisan akal menghadapi hidupku saat itu. Aku benar benar lelah dan aku pengen seperti teman teman SMA ku yang lain. Menjadi orang yang memiliki masa depan yang cerah.Dalam situasi ini,aku mendapatkan tawaran untuk bekerja oleh saudara bapakku untuk bekerja di Server Pulsa di Tanjung Karang. Akupun menerima dengan senang hati. Ini adalah awal masa depan yang cerah bagiku. Aku bekerja di Triple PJP dengan sangat bahagia dan bangga walaupun gajiku kecil hanya 300.000 (untuk bulan pertama) dan selanjutnya hanya naik 100.000/bln,aku tak mengeluh. Aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku harus bertahan untuk mendapatkan pengalaman. Setelah 9 bulan aku di bekerja di Triple PJP, Aku keluar karena aku ingin masuk kuliah. Aku tidak akan bisa kuliah jika aku tetap berada di sini. Kau pengen tahu alasannya?
Aku tuh bekerja di tempat itu sudah memiliki utang yang sangat banyak + 2.000.000 . Jadi aku kemungkinan besar akan sulit untuk mencapai target awal hidupkun yaitu kuliah. Walaupun gajiku sudah 1 juta.Akhirnya aku tinggalkan tempat itu dan pulang ke rumah.
Di rumah aku ditawari kerja oleh seorang suster di TK Fransiskus. Akupun sangat senang. Karena ia berjanji akan membantu aku untuk kuliah. Janjinya pun ditepati dengan memberiku tawaran bagus. Dia menawarkan kuliah di
Di Bogor,ternyata aku harus bekerja di sebuah perusahaan. Awalnya aku kecewa karena tidak langsung kuliah. Namun si pemilik berjanji akan menguliahkan aku. Hari demi hari aku lewati namun tidak ada pembuktiaan janji dari si pemilik. Akhirnya,aku berinisiatif untuk mendaftar di suatu universitas tertentu. Aku harus melakukan itu karena aku berpikir inilah jalan satu satunya aku bisa kuliah. Aku akan membayar sendiri semua biaya kuliah dengan bekerja.
Saat keinginan untuk kuliah itu menggebu gebu, aku merasa ada yang janggal dalam hatiku. Padahal tujuan awalku hampir tercapai. Apalagi si pemilik juga mendukung aku. Ia juga mau membantu biaya kuliahku. Tapi ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Hal itu sangat terasa ketika aku ke gereja suatu sore uintuk menghias bunga di gereja. ((Sekedar catatan: Di bogor,aku disuruh membantu merangkai bunga di gereja oleh sang pemilik perusahaan.)). Saat aku memasuki ruang gereja yang sepi karena tidak ada misa,aku merasa sangat nyaman dan damai. Hatiku tenang, tidak ada obsesi, tidak ada beban, dan serasa di rumah. Aku bahagia sekali saat itu. Itu adalah momen terindah yang pernah aku alami.
Tidak hanya sampai di situ, sewaktu aku mengikuti misa di Gereja pada hari minggu, aku mendengar suara yang memintaku untuk melayani Kristus. Suara itu seperti seruan di tengah orang banyak. Aku berusaha mencari asal suara itu namun tidak kutemukan sumbernya. Orang orang di sekitarku juga tidak mendengar suara tersebut. Suara itu terus menggema. Aku mendengarnya berkali-kali. Aku lupa bunyi suara itu. Namun suara itu memintaku untuk datang kepadanya. Setelah kejadian itulah, aku merasa batinku tidak tenang. Aku tidak lagi memiliki semangat untuk kuliah. Dan Aku menangis.
Beberapa minggu kemudian Aku tidak sengaja bertemu dengan temanku sewaktu SMA. Dia adalah adik kelasku. Awalnya aku tidak tahu siapa dia. Namun setelah dia menyapa diriku, aku ingat akan dirinya. Dia menjelaskan bahwa ia sekarang adalah seminaris Stella Maris. Aku kaget karena sebelumnya aku tidak tahu bahwa di
Pertemuan itu ternyata membawa dampak panjang dalam perjalanan hidupku selanjutnya. Pergolakan dalam batinku semakin besar. Satu batinku menginginkan aku tetap kuliah dan yang lainnya menginginkan aku untuk masuk ke seminari. Aku bingung setengah mati. Aku tidak bisa memecahkan masalah ini. Ini adalah masalah terberat yang pernah aku alami selama 19 tahun aku hidup di dunia ini. Pusing rasanya!!! Karena ketidakmampuanku, aku mencari jalan keluar dengan menanyakan sebuah pertanyaan dengan beberapa teman dan pacarku. Pertanyaan itu adalah :
Jika kamu harus memilih, manakah yang akan kamu pilih.? Hidup biasa seperti orang lain yaitu bekerja,berkeluarga,berkumpul bersama keluarga dan orang yang kamu sayangi atau Hidup jauh dari keluarga untuk melayani orang lain bahkan seringkali dihina dan dicaci maki demi orang lain serta kemungkinan besar harus melupakan segala hal yang berhubungan orang tuamu?
Banyak jawaban yang muncul,namun kebanyakan menjawab lebih baik hidup berkeluarga dan dekat dengan orang tua (Pilihan itu juga merupakan jawaban pacar saya). Namun ada juga yang menjawab lebih memilih hidup demi orang lain walaupun harus berpisah dengan orang tua ( Pilihan ini diambil oleh seorang teman –wanita—yang dulu pernah saya cintai dan ibu saya). Saya semakin bingung dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
To Be Continueeeee........................................
gggooooooooooooodddddddddddddddd
BalasHapus